BANGUNLAH JIWANYA, BANGUNLAH BADANNYA UNTUK INDONESIA RAYA
Powered By Blogger

Sabtu, 14 November 2009

Minggu, 01 November 2009

JABAL QOF 2


Sekarang jadi porak poranda diterjang Guncangan hebat

Guncangan sebagai pertanda

Dari Yang Maha Kuasa.....Allah Subhanahu Wa ta’ala

Kini hanya ketakutan yang ada Tiada canda tawa

Menangis didalam penderitaan Seakan hidup ini tiada arti

Tanpa berujung.....

JABAL QOF


SUMBER KITAB : KHOIRIDATUL ‘AZAIB

WA FARIDATUL GHOROIB

Allah Azza Wazalla berfirman di dalam Al Qur’an yang mulia : ‘Qof, demi Al Qur’an yang mulia…..Pada tafsir ayat “ QOF “ terdapat enam (6) pendapat yang dikemukakan ahli tafsir. Empat diantaranya adalah :

  1. Bahwa “ Qof “ adalah gunung yang terbuat dari Zabarzad (permata hijau ). Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Sholih diterima dari Ibnu Abbas.
  2. ‘Ikrima meriwayatkan diterima dari Ibnu Abbas ; ia berkata : Allah SWT menciptakan gunung yang bernama “ Qof “ yang meliputi alam bawah ( ‘alam al-sufla ) dan urat-uratnya berhubungan dengan Shokhroh ( batu besar ) dimana bumi terletak diatasnya, Shokhroh tersebut adalah Shokhroh yang disebutkan Luqman ‘Alaihis salam, dimana ia berkata : Wahai anakku jikalau terdapat amal seberat biji sawi di Shokhroh ataulangit dan bumi……jika Allah SWT berkehendak untuk mengguncangkan suatu desa di muka bumi, maka Allah memerintahkan gunung tersebut ( Qof ) untuk menggerakkan urat yang ada pada desa tersebut dan kemudian desa tersebutberguncang pada saat itu juga.
  3. Mujahid berkata : Qof adalah gunung yang meliputi bumi dan lautan.
  4. Diriwayatkan dari Al-Dhohhaf bahwa gunung Qof terbuat dari Zabarzad yang meliputi langit, bagaikan kemah yang dipasang.

MAKNA :

Dari semua kejadian yang terjadi dialam dunia ini kita harus yakini bahwa semua atas kehendak Allah SWT !….seperti yang banyak terjadi di negeri yang kita cintai ini…Indonesia… cobaan…atau azab !

Yang jelas kita harus melihat diri secara jujur…wahai manusia Indonesia ! kembalilah kepada-Nya, Allah Azza Wazalla..sebelum azab berikutnya ditimpakan dan itu sangatlah mudah bagi Allah SWT !

Jumat, 02 Oktober 2009

PSIKOLOGI OLAHRAGA


Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental

SEJARAH

Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.

PSIKOLOGI KONTEMPORER

Diawali pada abad ke 19, dimana saat itu berkembang 2 teori dalam menjelaskan tingkah laku, yaitu:

Psikologi Fakultas

Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan, menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam beberapa ‘fakultas’ yang meliputi: berpikir, merasa dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas: kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imaginer, dan sebagainya.

Psikologi Asosiasi

Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah ‘asosiasi ide.’ Dimana ide masuk melalui alat indera dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.

Dalam perkembangan ilmu psikologi kemudian, ditandai dengan berdirinya laboratorium psikologi oleh Wundt (1879) Pada saat itu pengkajian psikologi didasarkan atas metode ilmiah (eksperimental) Juga mulai diperkenalkan metode intropeksi, eksperimen, dsb. Beberapa sejarah yang patut dicatat antara lain:

  • F. Galton > merintis test psikologi.
  • Charles Darwin > memulai melakukan komparasi dengan binatang.
  • A. Mesmer > merintis penggunaan hipnosis
  • Sigmund Freud > merintis psikoanalisa

PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.

Laboratorium Wundt

Pada tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih mamahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai. dengan berdirinya laboratorium ini pula, lengkaplah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.

Berdirinya Aliran Psikoanalisa

Berdirinya Aliran Behavioris

Berdirinya Aliran Fenomenologis

FUNGSI PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:

Menjelaskan

Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.

Memprediksikan

Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.

Pengendalian

Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervesi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.

PENDEKATAN PSIKOLOGI

Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu

Pendekatan neurobiologis

Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.

Pendekatan perilaku

Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.

Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

Pendekatan psikoanalisa

Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

Pendekatan fenomenologi

Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

KAJIAN PSIKOLOGI

Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:

Psikologi perkembangan

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.

Psikologi sosial

bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :

  1. studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
  2. studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
  3. studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik

Psikologi kepribadian

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.

Psikologi kognitif

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

WILAYAH TERAPAN PSIKOLOGI

Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.

Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.

Psikologi sekolah

Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.

Psikologi industri dan organisasi

Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.

Psikologi kerekayasaan

Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error).

Psikologi klinis

Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.

Parapsikologi

Banyak parapsikolog berkeras bahwa parapsikologi adalah cabang dari psikologi, walaupun arus utama dalam psikologi masih mengingkarinya. Parapsikologi mencakup studi tentang extra sensory perception, psikokinesis, dan sebagainya. Bagi para pendukungnya, parapsikologi dilihat sebagai bagian dari psikologi transpersonal. Penelitian parapsikologi pada umumnya dilakukan di laboratorium sehingga parapsikolog menganggap penelitian tersebut ilmiah.

SALAH KAPRAH TENTANG PSIKOLOGI

Psikologi Bukan Ilmu Pengetahuan

Psikologi telah memiliki syarat untuk dapat berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan terlepas dari Filsafat. (Syarat Ilmu Pengetahuan: Memiliki objek (Tingkah laku), memiliki metode penelitian (sejak laboratorium Wundt didirikan psikologi telah membuktikan memiliki metode ilmiah), sistematis,dan bersifat universal.

Salah penggolongan

Berbagai hal yang berbau kepribadian sering dimasukan kedalam psikologi, semisal: ramalan-ramalan seputar kepribadian (palmistry, chirology, dll.) sehingga terbentuk pandangan tentang psikologi bukanlah ilmu pengetahuan.

Terjebak dengan kata Psikotes

Psikologi bukan hanya psikotes, tetapi inilah bagian dari psikologi yang paling populer di masyarakat. Banyak kalangan yang sinis dengan psikologi karena psikotes, bagaimana psikolog dapat memvonis potensi seseorang dengan hanya serangkaian tes. Sesungguhnya masih banyak metode lain yang dapat digunakan, akan tetapi seringkali metode ini dipilih untuk alasan efisiensi.

Psikologi melakukan dehumanisasi

Kebalikannya, psikologi memandang setiap individu adalah unik, bahkan psikotes dilakukan untuk lebih memahami keunikan dari setiap individu. Justru, kalangan yang menyamaratakan setiap individu secara tidak langsung memvonis manusia adalah robot (dehumanisasi) yang tidak memiliki keunikan satu sama lainnya.

PSIKOLOGI OLAHRAGA

Psikologi olahraga pertama kali dikenalkan oleh Norman Triplett pada tahun 1898. Norman Triplett menemukan bahwa waktu tempuh pembalap sepeda menjadi lebih cepat jika mereka membalap di dalam sebuah tim atau berpasangan dibanding jika membalap sendiri.

Baru tahun 1925 laboratorium psikologi olahraga pertama di Kawasan Amerika Utara berdiri. Pendirinya adalah Coleman Griffith dari Universitas Illinois. Griffith tertarik pada pengaruh faktor-faktor penampilan atletis seperti waktu reaksi, kesadaran mental, ketegangan dan relaksasi otot serta kepribadian. Dia lalu menerbitkan dua buah buku, The Psychology of Coaching (1926)- buku pertama di dunia Psikologi Olahraga-dan The Psychology of Athletes (1928).

Pada tahun yang sama, di Eropa sebenarnya juga berdiri sebuah laboratorium Psikologi Olahraga yang didirikan oleh A.Z Puni di Institute of Physical Culture in Leningrad. Namun Laboratorium Psikologi Olahraga pertama di dunia sebenarnya didirikan tahun 1920 oleh Carl Diem di Deutsce Sporthochschule di Berlin, Jerman.

Setelah periode tersebut psikologi olahraga mengalami kemandekan. Baru pada tahun 1960-an psikologi olahraga kembali mulai berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan membuka konsentrasi pengajaran pada Psikologi Olahraga. Puncaknya adalah pembentukan International Society of Sport Psychology (ISSP) oleh para ilmuan dari penjuru Eropa. Kongres internasional pertama diadakan pada tahun yang sama di Roma, Italia.

Pada tahun 1966, sekelompok psikolog olahraga berkumpul di Chicago untuk membicarakan pembentukan semacam ikatan psikologi olahraga. Mereka kemudian dikenal dengan nama North American Society of Sport Psychology and Physical Activity (NASPSPA).

Journal Sekolah pertama yang dipersembahkan untuk psikologi olahraga keluar tahun 1970 dengan nama The International Journal of Sport Psychology. Kemudian diikuti oleh Journal of Sport Psychology tahun 1979. Meningkatnya minat melakukan penelitian dalam bidang psikologi olahraga di luar laboratorium memicu pembentukan Advancement of Applied Sport Psychology (AAASP) pada tahun 1985 dan lebih berfokus secara langsung pada psikologi terapan baik dalam bidang kesehatan maupun dalam konteks olahraga.

Kini Psikologi Olahraga sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kongres International Society of Sport Psychology Conference Di Yunani tahun 2000 telah dihadiri lebih dari 700 peserta yang berasal dari 70 negara. American Psychological Association pun telah memasukkan psikologi olahraga dalam divisi mandiri yakni divisi 47.

Penerbitan dan jurnal pun sudah sangat banyak. Beberapa penerbitan dan jurnal tersebut adalah (a) International Journal of Sport Psychology (1970); (b) Journal of Sport Psychology (1979) yang kemudian berubah nama menjadi 1988 Journal of Sport and Exercise Psychology; NASPSPA pada tahun 1988. penerbitan lain adalah The Sport Psychologist (1987)—sekarang, Journal of Applied Sport Psychology (1989)— sekarang, serta The Psychology of Sport and Exercise.

  • HAKEKAT PSIKOLOGI OLAHRAGA

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari maupun yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri,

Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang dikenal sebagai psokologi olahraga. Penerapan psikologi kedalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa ada hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya . Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menempilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.

  • MENGAPA PSIKOLOGI OLAHRAGA DIPERLUKAN.

Meningkatnya stress dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negative, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga sangat berpengaruh terhadap penampilannya, akan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlit tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Sehingga para pelatihpun sangat menaruh minat terhadap bidang ini, khususnya dalam penegendalian emosi. Disisi lain atlit dapat berfikir mengapa mereka berlatih dan apa yang ingin mereka capai, hal ini tentu memerlukan pendekatan psikologis.

Hal penting lainnya bahwa setiap atlit harus dipandang secara individual karena yang satu dengan lainnya akan sangat berbeda, dan untuk membantu mengenal profil atlit dapat dilakukan suatu upaya yang biasa dikenal dengan psikotest. Profil psikologis atlit biasanya berupa gambaran secara umum, potensi intelektual, dan fungsi daya fakir yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlit pada dasarnya tidak berubah banyak dari wakut kewaktu. Beberapa aspek psikologi dapat diperbaiki melalui latihan keterampilan yang terencana dan sistematis yang prosesnya sangat tergantung dari komitmen atlit terhadap program tersebut.

  • ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS YANG BERPERAN DALAM OLAHRAGA.

Berfikir Positif.

Berfikir positif perlu dibiasakan bukan saja oleh atlit, tetapi pelatihpun sangat perlu, dengan pembiasaan ini maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama.

Motivasi.

Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha untuk mencapai tujuan tertentu, ditinjau dari fungsinya motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dari luar dan motivasi yang berasal dari dalam diri. Motivasi yang baik tidak mendasarkan doronganya pada factor ekstrinsik, tetapi motivasi yang sangat baik, kuat dan lebih lama menetap adalah factor intrinsic yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih mengutamakan pencapaian prestasi.

Emosi.

Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah cemas, rasa takut dan sebagainya, hal tersebut terdapat pada seiap orang, akan tetapi yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bagamana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan penampilan baik saat berlatih maupun dalam bertanding, pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi dari pada para atlit yang dibinanya.

Gejolak emosi sangat berpengaruh pada keseimbangan psikofisiologis,apabila terganggu akan timbul ekspresi gemeter, sakit perut, kejang otot maupun hal-hal lain yang bias merubah penampilan fisik. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlit.

· RUANG LINGKUP PSIKOLOGI OLAHRAGA

Seiring dengan semakin besarnya industri olahraga, psikologi olahraga memegang peranan yang cukup signifikan. Dalam olahraga prestasi, peran psikolog olahraga dominan dalam mendongkrak prestasi para atlet. Misalnya dalam peningkatan motivasi, menghilangkan kecemasan, stress. Selain itu, peran seperti proses penyembuhan emotional disorders yang kerap di alami oleh para atlet profesional seperti anorexia, penggunaan obat terlarang, agresifitas, persoalan atlet dengan lingkungan keluarga, penonton, fans. Lihat yang sudah dilakukan oleh psikolog yang menangani Adriano, striker Inter Milan, dalam proses pengembalian perfomanya.

Bidang lain yang menjadi wilayah kerja psikologi olahraga adalah dalam konteks pelatihan. Di Eropa maupun Amerika, psikolog olahraga sudah terlibat dalam proses pelatihan para atlet. Peran vital pun dimainkan disini. Seorang psikolog menjadi partner bagi para pelatih dalam rangka menciptakan metode pelatihan yang efektif. Tentu saja dengan bekal ilmu psikologi. Perpaduan ilmu fisik manusia dengan ilmu psikis membuat pemahaman terhadap manusia lebih komplet. Banyak metode pelatihan yang merupakan sumbangan langsung dari dunia psikologi olahraga.

Selain dengan terjun langsung di lapangan, psikologi olahraga juga memberi sumbangan melalui riset. Riset tentang hubungan antara gerak tubuh dan konsep mental memberikan masukan bagi pengembangan teknik kepelatihan maupun pengembangan cabang olahraga itu sendiri.

Di awal kemunculannya, psikologi olahraga memang berperan untuk membantu menemukan teknik pelatihan yang efektif dan efisien dalam mengembangkan kemampuan atletis para atlet. Penelitian tentang waktu tempuh pembalap sepeda adalah tonggak sejarah munculnya psikologi olahraga.

Bidang pendidikan juga tidak luput dari dunia psikologi olahraga. Para psikolog olahraga banyak yang terjun langsung memberi pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus bagi pelatih dalam konteks pemahaman terhadap manusia untuk diimplementasikan dalam proses pencetakan para atlet.

Tidak hanya dalam konteks olahraga prestasi, psikologi olahraga juga berperan pengembangan olahraga sebagai salah satu sarana mencapai psychological well being atau untuk mencapai kesehatan mental bagi masyarakat. Karena terbukti bahwa olahraga merupakan salah satu sarana yang efektif untuk menghilangkan stress maupun depresi.

Bisa dikatakan bahwa saat ini dunia olahraga profesional maupun amatir sudah sangat tergantung pada kehadiran psikologi olahraga. Pengembangan cabang ilmu ini tentu akan memberi kontribusi yang semakin besar pada peningkatan kualitas atlet maupun cabang olahraga itu sendiri di masa depan.

Sayang memang, dunia olahraga Indonesia belum begitu memperhatikan aspek mental dalam pengembangan atlet. Peran psikolog olahraga di Indonesia pun baru sebatas konsultan bagi tim maupun atlet. Bidang garap dan ruang lingkup lain dari psikologi olahraga belum digarap dengan maksimal. Namun, semua harus dilakukan dengan penuh optimisme bahwa psikologi olahraga di Indonesia akan tumbuh berkembang dalam dunia olahraga Indonesia.

  • PERAN PENGETAHUAN PSIKOLOGI BAGI GURU

Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekali pun) tak pernah memiliki respon yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan jasmani, intelegensi, danketerampilanmotorik.

Pendidikan selain merupakan prosedur juga merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar individu ini baik antara guru dengan para siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya terjadi proses dan peristiwa psikologis.
Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.

Para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki pengetahuan psikologi pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan berhasil.

Pengetahuan psikologi pendidikan bagi para guru berperan sangat penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan psikologi khusus tersebut dengan pendidikan seerat metodik dengan kegiatan pengajaran.

Pengetahuan yang bersifat psikologis mengenai peserta didik dalam proses belajar dan proses belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh calon guru atau guru yang sedang bertugas dilembaga-lembaga pendidikan formal. Para dosen di perguruan tinngi pun diharapkan mampu memiliki pengetahuan psikologi pendidikan.


Seorang pengajar seyogyanya harus memperhatikan:

1. manajemen ruang belajar
2. metodologi kelas
3. motivasi peserta didik
4. penanganan siswa yang berkemampuan luar biasa
5. penanganan siswa yang berperilaku menyimpang
6. pengukuran kinerja akademik siswa
7. pendayagunaan umpan balik dan penindak lanjutan metode

pengajaran.

Hal-hal tersebut sangatlah penting untuk diterapkan agar tujuan pembelajaran dan pengajaran dapat berlangsung dengan baik. Jika pengajaran yang baik kepada peserta didik terlaksana maka kualitas pendidikan di Indonesia pun akan terdongkrak secara otomatis.

Selasa, 15 September 2009

THE BEST MY STAF


HE IS " THE MOTHER IN LOVE " IN TABLE TENNIS....
BERBUATLAH SEPERTI DIA ! MELATIH TIDAK HANYA DENGAN KEMAMPUANNYA YANG BEGITU LUGAS, TAPI DIA SELALU BERBUAT DENGAN CURAHAN HATINYA ! GOOD LUCK " NENG NUNI " !
BAWALAH ANAK NEGRI INI KE PUNCAK PRESTASI MELEBIHI APA YANG KAMU DAPAT...TIDAK HANYA MENJADI ATLET NASIONAL TAPI " ATLET DUNIA " ! DAN ITU BUKANLAH MIMPI.....

Sabtu, 15 Agustus 2009

SELAMAT NEGRIKU !

MERDEKA !


ENAM PULUH EMPAT TAHUN SUDAH NEGRIKU TERBEBAS !! WAHAII BANGSAKU....! APA YANG SEDANG ENGKAU RASAKAN.....! WAHAII NEGERIKU....! BICARALAH APA YANG SEDANG TERJADI...! AKU SANGAT MERINDUKANMU....AKU TETAP MEMUJAMU...! DEMI KEUTUHAN BANGSAKU !

Minggu, 21 Juni 2009

SARANA & PRASARANA OLAHRAGA



PENGERTIAN

Istilah sarana mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dapat dimanfaatkan. Sarana pendidikan jasmani ialah segala sesuatu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Termasuk didalamnya peralatan (aparatus), yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan kegiatan diatasnya, didalam / diantaranya atau dibawahnya. Misalnya : peti lompat (bertumpu diatasnya), bangku swedia (untuk merangkak, meniti, melompati, dan sebagainya),gelang-gelang, tiang dan matras lompat tinggi dan sebagainya. Demikian juga dengan perlengkapan (device), yaitu segala sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana. Misalnya ; tanda bendera, garis pembatas, atau segala sesuatu yang dapat dimanipulasi dengan tangan atau kaki misalnya raket, bola, pemukul, dan sebagainya.
Seperti halnya prasarana pendidikan jasmani, maka sarana penjas juga bisa mewarnai pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani disekolah-sekolah.
Sebelum mempelajari lebih lanjut tulisan ini, coba anda jawab sendiri beberapa pertanyaan dibawah ini :


a) Dengan sarana yang dimiliki oleh sekolah anda, apakah anda bisa melakukan
aktivitas pendidikan jasmani secara optimal ?

b) Apakah sebagaian besar kecabangan olahraga yang diprogramkan bisa berjalan
sesuai dengan rencana yang anda susun ?

c) Apakah siswa bisa beraktivitas fisik secara optimal ?

d) Apakah jumlah atau mutu sarana yang dimiliki oleh sekolah anda bisa ditingkatkan


Sungguh berbahagialah bagi mereka (guru pendidikan jasmani) yang disekolahnya memiliki fasilitas pendidikan jasmani yang memadai karena bisa melibatkan berbagai pihak untuk menunjang kelancaran pembelajaran pendidikan jasmani. Namun demikian, banyak sekolah-sekolah yang tidak memiliki fasilitas pendidikan jasmani yang layak dan memadai bahkan sering kali harus mencari lahan kosong atau berdesak-desakan dengan beberapa sekolah lain untuk bisa menggunakan lahan yang ada. Belum lagi sarana yang mereka miliki juga sangat terbatas.
Oleh karena itu, jangan heran bila pelaksanaan pendidikan jasmani dari hari ke hari hanya begitu-begitu saja dan acapkali membosankan para siswa sendiri. Ujung-ujungnya bisa ada tanggapan bahwa pendidikan jasmani dianggap tidak begitu perlu.
Salah satu kendala kurang lancarnya pembelajaran pendidikan jasmani disekolah-sekolah, adalah kurang memadainya sarana yang dimiliki oleh sekolah-sekolah tersebut. Disamping itu ketergantungan para guru penjas pada sarana yang standar serta pendekatan pembelajaran pada penyajian teknik-teknik dasar juga standar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Kedua hal tersebut menyebabkan pola pembelajaran yang kurang variatif dan cenderung membosankan siswa peserta didik.
Sebenarnya untuk pembelajaran pendidikan jasmani, seorang guru dapat berbuat banyak dan lebih lelusa dalam menggunakan, memanfaatkan , mengembangkan atau bahkan memodifikasi sarana yang akan digunakan. Dalam situasi dan kondisi sekolah-sekolah dewasa ini, dimana ruang gerak para siswa untuk beraktivitas fisik semakin berkurang, apalagi untuk melakukan kegiatan olahraga kecabangan dengan pendekatan konvensional, kiranya pemberian gerak dasar umum maupun gerak dasar dominan harus banyak dilakukan.
Dengan upaya tersebut diharapkan siswa peserta didik akan memiliki pengalaman gerak yang banyak serta beragam, sehingga ia pun akan menjadi anak yang kaya gerak dan bisa membina serta menumbuhkan konsep-konsep gerak yang variatif. Pengembangan sarana pendidikan jasmani artinya melengkapi yang sudah ada dengan cara mengadakan, memperbanyak dan membuat alat-alat yang sederhana atau memodifikasi. Tujuannya adalah untuk memberdayakan anak, agar bisa lebih banyak bergerak dalam situasi yang menarik dan gembira tanpa kehilangan esensi pendidikan jasmani itu sendiri.
Manakala mereka sadari bahwa anak didik kita perlu dibekali dengan berbagai gerak dasar umum maupun gerak dasar dominan dari setiap kecabangan olahraga, maka alat apapun bisa dimanfaatkan yang terpenting adalah kegiatan tersebut pada akhirnya tidak akan menghilangkan makna serta esensi pendidikan jasmani antara lain :

(a) Siswa tetap memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani.

(b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dlam berpartisipasi.

(c) Karena selalu difasilitasi dengan pembelajaran pola gerak dasar umum yang

banyak dan berkali-kali dilakukan, maka pada akhirnya diharapkan siswa dapat

melakukan pola gerak secara benar.

Sabtu, 20 Juni 2009

PEDAGOGI OLAHRAGA


ABSRAK

Pedagogi Olahraga (sport pedagogy) adalah sebuah disiplin ilmu keolahragaan yang berpotensi untuk mengintegrasikan subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya untuk melandasi semua praktik dalam bidang keolahragaan yang mengandun maksud dan tujuan untuk mendidik.

Kajian ruang lingkup sport pedagogy istilah lazimnya dan disepakati di tingkat internasional memang tidak lepas dari pemahaman kita terhadap eksistensi ilmu keolahragaan (sport science). Dari perspektif sejarah, di Indonesia status dan pengakuan terhadap ilmu keolahragaan masih tergolong masih muda baik ditinjau dari tradisi dan paradiqma penelitian maupun produk riset yang dapat diandalkan untuk melandasi tataran praktis.

Selanjutnya diuraikan tentang pedagogi olahraga dari aspek perkembangannya, tetapi risalah ini lebih diarahkan pada pengenalan batang tubuh pedagogi olahraga itu sendiri yang dipahami sebagai medan penelitian, sekaligus pengembangan ilmu yang melandasi semua upaya yang mengandung intensi yang bersifat mendidik. Itulah sebabnya, pedagogi olahraga memiliki peluang pengembangan dan penerapannya, tidak hanya dalam lingkup penyelenggaraan Penjas dan OR di sekolah atau lembaga formal, tetapi juga diluar persekolahan seperti perkumpulan olahraga, terutama klub-klub pembinaan olahraga usia dini.

Kukuhnya landasan ilmiah bagi landasan bagi segenap upaya kependidikan dalam olahraga menuntun kearah efisiensi proses dan efektivitas pencapaian tujuan yang diharapkan. Hanya dengan landasan ilmiah yang kukuh baru akan terjamin prinsip akuntabilitas dalam pendidikan jasmani dan olahraga, dan atas dasar itu pula para pendidik di bidang olahraga dapat mempertanggungjawabkan upaya pembinaannya secara terbuka kemasyarakat.

Perspektif Sejarah.

Kerangkan ilmu keolahragaan itu sendiri di Indonesia, secara gamblang, mulai dikenal sejak thn 1975 tatkala adanya lokakarya internasional sport science. Hasilnya berdampak kuat terhadap pengembangan STO di Indonesia meskipun kala itu muatannya sesak dengan pengetahuan tentang isi (content knowledge). Beberapa sub disiplin ilmu keolahragaan (misalnya biomekanik, filsafat olahraga, fisiologi olahraga, dalam nuansa sendiri-sendiri) mulai dikembangkan yang didukung oleh ilmu-ilmu pengantar lainnya dalam pendidikan. (misalnya psikologi pertumbuhan dan perkembangan) dan ilmu social lainnya (misalnya sosiologi dan anthropology) yang dipandang perlu dikuasai oleh para calon guru, pelatih dan Pembina olahraga.

Struktur Ilmu Keolahragaan


Kerangka dasar ilmu keolahragaan yang disusun berdasarkan kemajuan yang dianggap cukup mapan, seperti yang dipaparkan Prof. Haag di Jerman sejak th 1979, sangat membantu kita untuk menelaah kedudukan sport pedagogy, sebagai salah satu diantaranya, sebagai isi dari ilmu keolahragaan.

Ada 7 (tujuh) bidang teori yang mendukung, yakni (1) sport medicine, (2) sport beomechanic, (3) sport psychology, (4) sport sociology, (5) sport pedagogy, (6) sport history dan (7) sport philosophy. Masing-masing bidang memiliki medan penelitian yang spesifik pula. Urutan ketujuh bidang teori tersebut dipaparkan dalam pengelompokkan yang dianggap logis. Sport medicine dan sport biomechanic olahraga termasuk kedalam kelompok ilmu pengetahuan alam, sementara sport psychology, sport sosiology dan sport pedagogy tergolong kedalam rumpun ilmu pengetahuan sosial dan behavioral. Sport history dan sport philosophy termasuk kedalam kelompok hermeneutical-normative science. Paparan tersebut juga menunjukkan bahwa “ibu” ilmu pengetahuan yang menjadi landasan pengembangan ilmu keolahragaan ialah medicine, biology/fisika, psikologi, sosiologi, sejarah dan filsafat.

Sementara itu juga telah dikelompokkan bidang teori yang lebih spesifik yang menjadi jati diri ilmu keolahragaan, bertitik tolak dari wilayah spesifik yang meliputi faktor : (1) gerak (movement), (2) bermain ( play ) (3) pelatihan (training) dan (4) pengajaran dalam (5) olahraga (sport instruction) . dari kelima wilayah spesifik ini lahirlah 5 (lima) dimensi dari perspektif ilmu dan teori yakni movement science dan movement theory ; play science dan play theory ; training science dan training theory ; dan instruction science of sport dan instruction theory of sport.
Dengan demikian semakin jelas gambaran tentang taksonomi ilmu keolahragaan yang dibangun berdasarkan sejumlah bidang teori. Kecenderungan ini menunjukkan perkembangan ilmu keolahragaan ke arah spesialisasi dan pragmentasi.

Landasan Filosofis Pedagogy Olahraga

Pandangan dualisme Decartes yang memahami dikhotomi jiwa dan badan berpengaruh terhadap profesi di bidang keolahragaan, yakni raga dipandang semata-mata sebagai sebuah objek, yang diungkapkan dalam perumpamaan yang lazim dikenal ” the body instrument” ” the body-machine” atau ” the body-computer”. Sebagai akibatnya maka sedemikian menonjol pandangan yang mengutamakan aspek raga sehingga fisiologi dan anatomi menduduki posisi yang amat kuat dalam penyiapan tenaga guru pendidikan jasmani, dan pendidikan jasmani dipahami sebagai sebuah subjek yang penting bagi pembinaan fisik yang dipandang sebagai mesin.
Selanjutnya, konsep yang dikembangkan Maurice Merleau-Ponty tentang ” the body-subjek “ dapat dipandang sebagai sebuah perubahan radikal pemikiran dualisme Cartesian. Inti dari pemikiran Ponty ialah bahwa manusia itu sendirilah yang secara sadar menggerakkan dirinya sehingga tubuh atau raga aktif sedemikian rupa untuk kontak dengan dunia sekitarnya. Idea tentang the body subject mengaskan kesatuan antara jiwa dan badan.
Pendidikan jasmani dan Pedagogi Olahraga.
Meskipun rumusan lingkup unsur pedagogi olahraga (sport pedagogi) beragam pada berbagai negara, karena terkait dengan perbedaan budaya, akar sejarah, dan standar metodologi, namun pada tingkat internasional, terdapat persamaan pemahaman yaitu pendidikan jasmani dipahami sebagai sebuah bidang studi (mata pelajaran) di sekolah, dan pedagogi olahraga dipandag sebagai sebuah subdisiplin ilmu dalam kerangka ilmu keolahragaan.

Seperti dikemukakan oleh para ahli lainnya (Pierson, Cheffers, dan Barette 1994; dalam Naul, 1994) pedagogi olahraga merupakan sebuah disiplin yang terpadu dalam struktur ilmu keolahragaan. Paradiqma ini telah diadopsi di Indonesia dalam pengembangan pedagogi olahraga di FIK/FPOK/JPOK dengan kedudukan bahwa pedagogi olahraga dianggap sebagai ”induk” yang berpotensi untuk memadukan konsep / teori terkait dan relevan dari beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya terutama dalam konteks pembinaan dalam arti luas dan paradiqma interdisiplin (Matveyev, dalam Rusli lutan, 1988). Pandangan ini tak berbeda dengan tradisi di Jerman yang menempatkan pedagogi olahraga dalam kedudukan sentral dan struktural ilmu keolahragaan (Wasmund, 1973).

Dalam model yang dikembangkan di Universitas Olahraga Moskow, pedagogi olahraga ditempatkan sebagai ”pusat” yang berpotensi untuk memadukan beberapa subdisiplin ilmu dalam taksonomi ilmu keolahragaan, sementara para ahli meletakkan sport medicine yang mencakup aspek keselamatan (safety) dan kesehatan sebagai landasan bagi pedagogi olahraga (Rusli Lutan, 1988; dalam laporan hasil The Second Asia-pasicic Congress Of Sport and Physical Education University President).

Widmer (1972) menjelaskan objek formal pedagogy olahraga yaitu ”fenomena olahraga fenomena pendidikan, tatkala manusia dirangsang agar mampu berolahraga.

Bagi Grupe & Kruger (1994), pedagogy olahraga mencakup 2 (dua) hal utama : (1) tindakan pendidikan praktis dalam bermain dan olahraga, dan karena itu ada landasan teoritis bagi kegiatan olahraga yang mengandung maksud mendidik tersebut, (2) praktik yang dimaksud berbeda dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan jasmani yang mengutamakan latihan gaya meliter dan drill di beberapa negara, khususnya di Jerman; praktik baru itu disertai konsep teoritis pendidikan jasmani, kontrol terhadap badan, disiplin, yang menyatu dengan gerak fisik, ability, dan keterampilan di bawah pengendalian jiwa dan kemauan.

Di Indonesia, baik dalam pengertian paradiqma pengembangan keilmuannya, maupun substansinya, pedagogi olahraga ini baru merupakan sebuah ”embrio” dalam taksonomi ilmu keolahragaan dalam international Workshop on Sport Science. 1975 di bandung yang diikuti pimpinan dan dosen dari STO se-Indonesia dengan nara sumber ahli dari jerman Barat (Prof. Haag, Prof. Nowacki, Dr. Jansen dan Bodo Schmidt). Indonesia tenggelam dalam pencarian struktur ilmu keolahragaan, asyik dengan tema-tema diskusi olahraga kompetitif, disekitar feri-feri ilmu kepelatihan dan sport medicine.
Sejak tahun 1980-an perubahan memang banyak terjadi di tingkat international, terutama di AS utara, yaitu para ilmuan bidang keolahragaan, mulai memperkenalkan ”sport Pedagogy” dengan alasan yang berbeda, dan mereka mulai menengok ke perspektif sejarah sistem pendidikan jasmani dan kurikulum penididikan jasmani mereka sendiri. (Siedentop, 1990). Di antara alasan yang dikemukakan Siedentop ialah dampak krisis ekonomi yang menyebabkan penyerapan lulusan program pendidikan yang amat rendah dipasar kerja (disekolah) sehingga melalui pengembangan pedagogi olahraga akan terbuka spektrum layanan jasa profesional di luar sekolah dan menyerap tenaga kerja.

Pedagogi olahraga bukanlah merupakan perluasan istilah pendidikan jasmani. Perkembangan pedagogi olahraga dalam paradiqma interdisiplin-integratif didorong oleh kebutuhan secara akademik, yakni dari aspek metodologi, sebab pendekatan hermenetik dalam pendidikan jasmani sudah tidak lagi memadai untuk mampu mengembangkan segi keilmuannya. Banyak ilmuan Internssional sepaham bahwa istilah pedagogi olahraga berasal dari jerman, tatkala latar belakang filsafat / hermenetik dari ”teori pendidikan jasmani” mengalami kemunduran pada akhir tahun 1960-an, sehingga diganti dengan istilah pedagogi olahraga (Grupe, 1969; dalam Naul, 1994).

Namun informasi lainnya (misalnya Naul, 1994) menyebutkan bahwa istilah pedagogi olahraga itu tidak saja sepenuhnya berasal dari jerman yang muncul pada tahun 1960-an, karena Pierre de Coubertin menulis buku Pedagogi Sportive pada tahun 1922. Gerakan Olimpiade sejak tahun 1898 hingga perang dunia I, seperti juga buah pikiran yang tertuang dalam beberapa naskah dan artikel yang ditulis de Courbertin (Perancis), Gebbardt dan Diem (Jerman), dan Kemeny serta Guth-Jarkowsky (Austria-Honggaria) sempat diabaikan oleh para pedagogi olahraga. Tulosan mereka tentang pendidikan olahraga menonjolkan pengembangan moral, kemauan untuk berolahraga, dan semangat olimpiade, dan pokok pikiran itu sungguh sangat relevan dengan konsep dalam pdagogi olahraga. Para tokoh peletak dasar pedagogi olahraga ini berpikiran sama dengan para pendidik lainnya tentang hakikat dan gerakan pengembangan ” body and mind ” di Amerika Serikat dan Jerman.

Di berbagai negara, pendidikan jasmani dibentuk kembali setelah tahun 1900, khususnya tahun 1920-an . Perkembangan ini didukung kuat oleh Dokter olahraga yang dikenal di tingkat Internasional yaitu Sargent (1906) di AS, dan Schmidt (1912) di Jerman. Kedua tokoh ini menganjurkan tipe latihan senam dan metode pengajaran yang tekanannya pada pembentukan (forming) fisik. Metode alamiah menjadi populer di Denmark dan Swedia yang dipromosi oleh Torngren (1914), Knudsen (1915) dan Bukh (1923)
Lingkup Batang Tubuh Pedagogi Olahraga.
Beberapa definisi tentang pedagogi olahraga, seperti dikembangkan di Erofa lebih menunjuk kepada segenap upaya yang mengandung maksud dan tujuan untuk yang bersifat mendidik, meskipun ada kecenderungan kearah penyempitan makna semata-mata menelaah proses pengajaran belaka, seperti yang dikatakan ”sport pedagogy deal with teaching and learning of all age group ….target group are individual with low level of performance,” atau ”sport pedagogy is constituted in the actors and actions of teaching and learning porpuseful human movement”. Dalam ungkapan yang lebih umum dan luas disebutkan bahwa pedagogi olahraga adalah “ the science …which is concerned with the relationship between sport and education (misalnya dalam tulisan Grupe & Kurz).

Definisi ini sangat banyak mebantu kita untuk memahami bahwa lingkup pedagogi olahraga banyak berurusan dengan segenap upaya yang bersifat mendidik yang sarat dengan misi dalam rangka proses pembudayaan, khususnya transformasi nilai-nilai inti, yang memang, jika disimak secar cermat, bahwa olahraga itu sanat kaya dengan potensi dan kesempatan dalam pembekalan kecakapan hidup.

Tidak dipungkiri bahwa seluruh lakon gerak insani yang sadar dan bertujuan dalam konteks olahraga itu melibatkan sebuah mekanisme kerja system persyarafan dalam sebuah koordinasi yang luar biasa cepatnya, mekanisme persepsi dan aksi yang sinkron dibuahkan dalam bentuk pembuatan keputusan yang cepat, pemecahan masalah yang jitu selain kreativitas, seperti tampak dalam peragaan para atlit tinggi (misalnya tampak dalam peragaan professional bola basket dan sepakbola). Unsur estetika melekat kuat di dalamnya dalam wujud irama tampilan yang anggun dan selaras untuk berekpresi (lihat misalnya dalam tampilan atlit figure skating). Pengembangan potensi sekaligus pembentukan jelas-jelas terjadi melalui semua adegan yang bersifat mendidik, dan dalam kaitan itu pula mengklaim bahwa pendidikan jasmani dan olahraga berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan yang bersifat menyeluruh sangat dapat dipertanggung jawabkan.

Bahwa proses ajar merupakan bagian dan keterjadian pendidikan jasmani dan olahraga harus diakui, dan perubahan laku dimaksud memang terjadi melalui proses itu. Itulah sebabnya pada tataran praktis disyaratkan bahwa harus selalu terjadi proses transaksi antara guru dan murid, yang berimplikasi pada pertanyaan, yakni apa sesungguhnya substansi yang disampaikan oleh guru kepada murid, dan karena itu PENGETAHUAN apa yang terkandung dalam substansi yang disampaikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kretik keras dari masyarakat dan orang tua siswa terhadap profesi pendidikan jasmani dan olahraga ialah bahwa hanya sedikit terjadi dan bahkan ada tuduhan sama sekali tidak berlangsung proses ajar.

Kompleksitas yang terjadi benar-benar pada tataran praktis, bukan teoritis yang berakibat fatal bagi tuunnya wibawa para pemangku profesi itu. Sungguh tidak terelakkan bahwa kesenjengan antara harapan dan kenyataan (das sollen or de sain) memang telah terjadi dalam pencapaian tujuan pendidikan jasmani dan olahraga yang terkait dengan kelemahan dalam hal kejelasan landasan keilmannya dan keterhubungan antara aspek teoritis dan praktis.


Jumat, 05 Juni 2009

Senin, 05 Januari 2009

BIODATA



  • Nama : ADANG SUDRAZAT
  • NIP : 19610809 199203 1 004
  • Nomor Seri Karpeg : G/45504
  • Tempat dan Tanggal Lahir : Ciamis, 09 Agustus 1961
  • Jenis Kelamin : Laki-laki
  • Agama : Islam
  • Pendidikan Terakhir : S2
  • Pangkat/Gol.Ruang/TMT : Penata TK.I/IIId/1 April 2004
  • Jabatan/TMT Jabatan : Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga
  • Diklat Kepemimpinan/Tahun : Diklatpim IV/2005, Diklatpim III/2009
  • Jenis Kepegawaian : PNS Daerah
  • Unit Organisasi : Dinas Pendidikan
  • Nomor Karis/Karsu : 04743444
  • Alamat Rumah : Perum Kertasari Blok V Nomor 08 Kertasari - Ciamis